have you found it? go search here!

Jan 12, 2009

HEPATITIS A

12 januari 2009: abang vaksinasi hep A yang Pertama, ke hermina Jatinegara bertemu dengan eyang taslim, baik sekali eyang ini.......
Abang sekarang berberat badan 15.05 kg, terus dia histeris gitu, sigh, itu mah biasa, padahal udah dikasih pengertian kalo ketemu eyang dokter mah gpp, tapi bo....teuteup weeehhhh,....
tapi masanya mungkin akan berlalu, nanti udah gedean dikit juga ngga gitu, jadi mom biarin aja, karena mom percaya, pasti nanti he'll get over it, sama seperti waktu takut masuk lift karena sempit dan tertutup, sekarang udah ngga lgi tuh.... =)

Jan 11, 2009



huahahahahahahahahahahaha, Megan Fox wannabe

notes yang bikin heboh itu...

Ada hal yang menarik yang saya temui pada saat sedang bermain Fb, tidak usah dijelaskan apa itu FB pasti semua orang tentu sudah familiar dengan singkatan ini, sama seperti kita menyingkat kata BB =) sekarang BB bukan lagi singkatan dari ‘bau badan’ tapi di jaman yang makin canggih ini BB adalah Blackberry, btw….
Yang saya temukan menarik adalah satu notes yang terdapat di FB, semua orang heboh membicarakannya, sampai2 commnet di note itupun sudah banyak sekali, sampai2 lagi nih mba Mia Sutanto turun tangan untuk mengomentari notes tersebut, termasuk saya hihihihi =) ini dia notes di FB itu

"Jangan salah, gw setuju bahwa ASI adalah yang terbaik dan beberapa teman baik gw termasuk promotor ASI, tapi menurut gw kampanye ASI di Indonesia itu meng-eksploitasi rasa bersalah para ibu (dan ayah).

Pendekatan yang malah counter-produktif, tidak simpatik, dan membuat stress serta depresi.

Dan yang lebih parah, gw yakin kemungkinan akhirnya banyak yang bohong.
Coba dengar pembicaraan di antara para ibu-ibu arisan yang ngomongin pengalaman dirinya atau pengalaman anaknya...

ibu 1: "Iya jeng, anak saya menyusui ASI eksklusif, 6 bulan lho. Keluar terus ASI lancar kayak sapi."
ibu 2: "oh, iya, menantu saya juga. Waktu lahirnya langsung Ih eM De, inisiasi menyusui dini, langsung keluar."
ibu 3,4,5 juga membebek. Gak ada yg berani ngaku pake formula.

Karena udah nge-trend, kita gak akan tahu, apa ada yang bohong, padahal bisa aja salah satu dari ibu itu, anaknya gak ASI eksklusif, ada yang campur formula, ada full formula. Tapi malu dong kalo ngaku, kesannya "gak ngasih yang terbaik untuk sang anak atau cucu."

Memang banyak ibu-ibu yang produksi ASI-nya banyak, tapi kan gak semua.
Posisi udah benar, teknik udah benar, tapi gak keluar juga.

Apa solusi dari para aktivis? "It's all in your head!"
Sadar gak sadar, jawaban macam itu, membuat si ibu makin merasa bersalah.
Mau disugestiin dirinya sapi perah, sumur tanpa dasar, pabrik yang lembur 24 jam, kalo gak keluar ya gak keluar.

Gw dan istri, sedikit banyak merasa terintimidasi oleh dr. Utami Rusli (kami konsul dgn beliau thn 2005, waktu anak kedua, tapi doi emang top banget! Langsung tokcer) dan para penggiat ASI. Kami tau mereka bermaksud baik, tapi caranya itu lho.

Oke-lah aktivis ASI mulai berhasil menggeser paradigma masyarakat dan kelihatannya pemerintah dan pihak swasta juga mulai mendukung. Tapi lagi-lagi, seperti banyak kebijakan lainnya, kita lupa memikirkan detail, khususnya masalah infrastruktur untuk mendukung ibu menyusui.

Kalau di luar itu, ada visit dari suster dan kelompok2 pendukung (yang juga on-call) untuk mendampingi ibu selama seminggu pertama untuk memastikan proses menyusui lancar. Di Jakarta layanan on-call itu juga ada, tapi masih terbatas dan kurang tersosialiasi. Dan juga ada pusat-pusat laktasi yang sebenarnya terlalu berat untuk dicapai oleh para ibu.

Bayangkan, masih lelah dan sakit setelah melahirkan, stress karena kurang tidur, ASI gak lancar, dan berat badan bayi yang gak naik2, dan harus bawa2 orok yang baru berumur beberapa hari, sang ibu harus melintasi jalanan Jakarta yang macet dari ujung ke ujung untuk bisa dapet bimbingan laktasi.

Dan ASI itu berat bo. Si bayi gak lepas dari ibunya. Sang ibu gak bisa ngapa2in, gak bisa kemana2. Kecuali dikombinasikan dengan botol. ASI perah atau dibantu formula.
Manja? Semua orang juga begitu? Coba aja kalo lu punya anak tiga.
Siapa suruh punya anak tiga? Gak bisa gitu dong, namanya juga dititipin.

Jadi, para penggiat ASI, cobalah tolong pikirkan ulang metode, pendekatan dan pilihan kata yang digunakan dalam kampanye ASI.
Gw udah melihat sendiri, ASI memang jauh lebih baik, tapi janganlah dipake untuk memojokkan para ibu.

Yang terpenting itu kasih sayang dari ibu, bukan ASI-nya.
Gara2 stress soal ASI, bisa aja si ibu jadi stress kalo ngeliat anaknya. Kita maunya begitu?
Karena takut dengan penggiat ASI yang seharusnya bisa membantu melancarkan ASI, akhirnya para ibu malah memilih menghindar dan mengambil jalan pintas, pake formula.

Gak ada orang tua yang gak mau memberikan yang terbaik bagi anaknya. Gak usah dibilang juga, gw yakin ibu2 juga udah merasa bersalah kalo gak bisa memberikan ASI. Kalo gak tau pentingnya ASI dari awal, si ibu2 itu kan gak akan nyari tau gimana caranya supaya bisa ASI-nya lancar kan?

Gw sayang sama anak, tapi gw juga gak tega kalau harus melihat ibunya merasa bersalah.

Sebagai catatan, anak gw tiga,
yang pertama ASI 2 bulan, karena waktu itu kampanye ASI belum segencar sekarang,
yang kedua ASI 6 bulan, (ini setelah ketemu dr. Utami, thx ya dok),
yang ketiga sedang ASI.

Iya dong, ASI, masa formula, malu dong... Apa kata dunia? orang tua macam apa gw...
Masa wartawan yang biasanya berwawasan luas tega ngasih susu formula sama anaknya...

Tapi lu pada, gak akan tau kan, gw bohong apa gak?"

tergelitik juga untuk mengomentari? hihihi
kalau saya ground zero aja deh =)